EYD dan Tanda Baca Bahasa Indonesia
Di Susun oleh :
3KB01
Arjuna Ryan Shakti Wibisono ( 21113382 )
JURUSAN SISTEM KOMPUTER
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesua yang
berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan
Republik. Kehadiran EYD ini merupakan satu upaya untuk menstandarkan bahasa
Indonesia secar baik dan benar.
Sebagai pemakai bahasa Indonesia, kita wajib mematuhi aturan buku
berbahasa yang dinyatakan dalam EYD, terutama saat kita dituntut untuk mampu
berbahasa dengan baik dan benar dalam forum resmi atau saat menyajikan satu
bentuk tulisan ilmiah. Kenyataannya, tidak semua penutur bahasa Indonesia yang
mampu berbahasa Indonesia sesuai dengan aturan EYD. Sering kali kita
kerbingungan bilamanakah suatu huruf harus ditulis dengan huruf kapital atau
huruf kecil. Kebingungan lainnya, bilamanakah suatu tanda baca, seperti tanda
titik (.), koma (,), titik dua (:), titik koma (;), tanda petik tunggal (‘),
tanda pentik ganda (“), dan sebagainya digunakan .
Kedua persoalan tersebut merupakan sebagian kecil contoh
permasalahan yang sering dihadapi oleh pemahai bahasa. Terkadang pula,
permasalahan tersebut cukup diselesaikan secara “manasuka”, asalkan kata atau
kalimat tersebut dapat dipahami. Kondisi seperti ini menyebabkan kekacauan
dalam pemakaian bahasa.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut
:
1. Apakah yang
dimaksud dengan EYD ?
2. Apa saja macam
– macam dan penggunaan EYD ?
3. Apa saja macam
– macam dan penggunaan tanda baca ?
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang EyD dalam
bahasa Indonesia yang benar dan penggunaan tanda baca yang benar. Dan memenuhi
tugas softskill bahasa Indonesia.
1.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan EYd
2. Mengetahui macam – macam EYD serta
penggunaan EYD dalam sebuah kalimat atau dalam sebuah percakapan.
3. Mengetahui macam – macam tanda baca
serta penggunaan tanda baca dalam sebuah kalimat tulisan atau dalam sebuah
percakapan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
EYD
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari
pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur
serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam
penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan
sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat
kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan
dengan cara yang baik dan benar.
2.1.1 Penggunaan
EYD yang Benar pada Penulisan Huruf dan Kata
1. Penggunaan Huruf Kapital
a.
Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa
Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan
Nasional. Jabatan tidak
diikuti nama orang tidak memakai huruf kapital.
Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
b.
Huruf pertama nama bangsa
Dalam
butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan
bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun.
Contoh
: ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan. Seharusnya :
kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
c.
Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam
butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah
geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
Contoh,
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali,
pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang,
peuyeum bandung dan telur brebes.
d.
Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam
butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur
bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
serta dokumen resmi.
Contoh,
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli
Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
e.
Penulisan kata depan dan kata
sambung
Dalam
butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di
dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya
dipakai pada penulisan judul cerpen, novel.
Contoh,
Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua
Neraka, Kado untuk Setan, Taksi
yang Menghilang.
2.
Penulisan Huruf Miring
a. Penulisan nama buku
Pada butir 1
pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh, Buku Jurnalistik
Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
b. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2
pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh, boat
modeling, aeromodeling, motorsport.
c.
Penulisan kata ilmiah
Butir 3
pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai
untuk menuliskan
kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh, royal-purple
amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
3. Penulisan Kata Turunan
a.
Gabungan kata dapat awalan akhiran
Butir 3
pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat
awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh, bertepuk
tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.
b.
Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4
pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai
dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh, antarkota, antarsiswa,
antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi, dwiwarna,
dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi, pramuwisma, tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya,
rekondisi.
4. Penulisan Gabungan Kata
a.
Penulisan gabungan kata istilah
khusus
Butir 2
pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang
mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh; alat
pandang- dengar,
anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.
b.
Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3
pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus ditulis serangkai.
Contoh, acapkali,
adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari,
olahraga, padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala,
segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.
2.1.2 Penggunaan EYD yang Benar pada Partikel, Singkatan, Akronim, dan Angka.
1. PENULISAN PARTIKEL
Penulisan
partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan ketentuan
pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Contoh: bacalah,
tidurlah, apakah, siapakah,
apatah.
a. Penulisan partikel pun
Butir 2
tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan
terpisah dari kata yang mendahuluinya.
b.
Penulisan partikel per
Butir
3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti
mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.
2.
PENULISAN SINGKATAN
Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri
atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.
a.
Penulisan singkatan umum tiga
huruf
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau
lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang
pemakaian singkatan umum seperti ini dalam setiap karya jurnalistik seperti
tajuk renacana, pojok, artikel, kolom, surat pembaca, berita, teks foto,
feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang penggunaan singkatan
jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul berita.
b.
Penulisan singkatan mata uang
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
3. PENULISAN AKRONIM
Menurut Pedoman
EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua,
akronim yang bukan nama diri berupa gabungan huruf.
a.
Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital.
b.
Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman
EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil.
Sebagai
catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk
akronim, maka harus diperhatikan dua syarat
Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim
pada kata Indonesia.
Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian
kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang
lazim
4. PENULISAN ANGKA
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
(1) ukuran
panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan
waktu,
(3) nilai
uang, dan
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
aparteman, atau kamar pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat
kitab suci.
5. PENULISAN LAMBANG BILANGAN
Dari delapan
jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat
diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman
EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.
a. Penulisan lambang bilangan satu-dua kata
Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang
bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
b. Penulisan lambang bilangan awal kalimat
Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
tidak terdapat pada awal kalimat.
c.
Penulisan lambang bilangan utuh
Angka yang
menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah
bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
d. Penulisan lambang bilangan angka-huruf
Bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com
2.2. Pengertian Tanda Baca
Tanda baca adalah simbol yang
tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa,
melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan
juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan.
Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang.
Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung
pada pilihan penulis.
2.2.1 Penggunaan Tanda
Baca
1.
Tanda
Titik (. )
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
b. Tanda titik dipakai
pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya: A. S. Kramawijaya
Muh. Yamin
c. Tanda titik dipakai
pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Bc.
Hk. (Bakalaureat Hukum)
Dr. (Doktor)
Dr. (Doktor)
2.
Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai
di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas,
pena, dan tinta.
Satu, dua, . . . tiga!
Satu, dua, . . . tiga!
b.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan melainkan.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3.
Tanda Titik Koma (; )
a.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagianbagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat
dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya: Ayah mengurus
tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama
pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
4. Tanda Titik Dua ( : )
a.
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Yang kita perlukan
sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi Perusahaan.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi Perusahaan.
b.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan
pemerian.
Misalnya: a. Ketua
: Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
b. Tempat
sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Jam : 9.30 pagi
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Jam : 9.30 pagi
5. Tanda Hubung ( - )
a.
Tanda
hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
... ada cara ba-ru
juga.
Suku kata yang terdiri atas satu
huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung
baris.
b.
Tanda hubung menyambung awalan
dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya
pada
Misalnya:
.. . cara baru meng-ukur panas.
... cara baru me-ngukur kelapa.
... alat pertahan-an yang
baru.
Akhiran -i tidak
dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
c. Tanda hubung
menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak
berulang-ulang
dibolak-balikkan
kemerah-merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks
karangan.
6.
Tanda Pisah ( - )
a.
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa
itu sendiri.
b.
Tanda
pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori
kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom- tidak mengubah konsepsi kita
tentang alam semesta.
7. Tanda Elipsis ( ... )
a. Tanda elipsis
menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b.
Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
- Tanda Tanya ( ? )
a. Tanda tanya dipakai
pada akhir kalimat tanya
Misalnya: Kapan ia berangkat?
Saudara tahu bukan?
Misalnya: Kapan ia berangkat?
Saudara tahu bukan?
b. Tanda tanya dipakai
di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang
dapat dibuktikan
kebenarannya.
Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
- Tanda Seru (!)
Tanda seru
dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang
kuat.
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
Merdeka!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
Merdeka!
- Tanda Kurung ( )
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan
atau penjelasan.
Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
b.
Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat
yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962
c.
Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka
atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
(a) alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
(a) alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
- Tanda Kurung Siku ([... ])
a.
Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat
yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah
asal.
Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.
b.
Tanda
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak
dibicarakan.)
12. Tanda Petik ("... ")
a.
Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau
bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di
sebelah atas baris.
Misalnya: "Sudah siap?" tanya Awal.
"Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!"
"Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!"
b.
Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu
Masa, dari Suatu Tempat.
13.
Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' )
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang
tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang',
dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
"Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang',
dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
b.
Tanda
petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
(Lihat pemakaian tanada kurung)
Misalnya: rate of inflation
’laju inflasi’
14.
Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa)
Tanda ulang
dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata
dasar.
Misalnya: kata2
lebih2
sekali2
lebih2
sekali2
15.
Tanda Garis Miring ( / )
a.
Tanda
garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Misalnya: No. 7/PK/1973
b.
Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor
alamat.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3
16. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' )
Tanda apostrof
menunjukkan penghilangan bagian kata.
Misalnya: Ali 'kan
kusurati ('kan = akan) Malam 'lah
tiba ('lah = telah)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ejaan merupakan keseluruhan peraturan mengenai bagaimana
menggambarkan lambang – lambang bunyi- ujaran dan bagaimana inter – relasi
antara lambang – lambang itu (misalnya, mengenai pemisahan atau
penggabungannya) dalam suatu bahasa.
Dan hal – hal yang perlu diperhatikana dalam ejaan adalah :
a. Pemakaian huruf
b. Penulisan kata
c. Pemakaian tanda baca
3.2 Saran
Sebagai pengguna bahasa Indonesia sepatutnya kita mengetahui ejaan
atau EYD yang baik dan benar dan mengetahui tanda baca yang tepat dalam
menggunakan bahasa Indonesia.
Waridah,Ernawati.2008.EYD & Seputar Kebahasa Indonesiaan. Jakarta
: Kawan Pustaka.
Hartanto, Bagus.2013. Makalah EYD. Banyuwangi.
Prihantini, Ainia. EYD Bahasa Indonesia.